A. Konsep Dasar Dan Karakteristik Terkait
Metode Proses (Process Costing)
Proses
costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya
langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya
dikeluarkan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang
mungkin mencakup produksi sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk
unit individu produk. Ini memberikan biaya rata-rata untuk masing-masing unit,
dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job costing yang mencoba
untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing unit. Process
costing biasanya bab signifikan. Proses penetapan biaya adalah jenis
operasi biaya yang digunakan untuk memastikan biaya produk pada setiap proses
atau tahap pembuatan. CIMA mendefinisikan process costing sebagai
“Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa hasil dari urutan operasi
atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya dirata-ratakan atas
unit yang diproduksi selama periode”. Process costing cocok
untuk industri yang memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran
kontinu. Sebuah proses dapat disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang
ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.
Karakteristik
sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai
berikut:
1.
Sistem produksi merupakan
sistem produksi yang berjalan terus menerus (intermitten);
2.
Produk yang dihasilkan
merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);
3.
Tujuan produksi adalah
untuk membentuk persediaan (inventory)
Dalam laporan pertanggung-jawaban untuk sistem biaya
proses ini, terdiri dari 3 bagian yakni:
- Bagian
pertama berisi informasi data produksi yang sekaligus laporan arus fisik.
Perlu dipahami bahwa pengertian unit dalam bagian ini adalah unit
ekuivalen.
- Bagian
kedua berisi informasi total akumulasi biaya yang menjadi tanggung-jawab
Manajer Departemen Produksi yang bersangkutan.
- Bagian
ketiga berisi informasi bagaimana total biaya didistribusikan menjadi
nilai dari barang dalam proses dan produk jadi.
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode
pertama masih terdapat barang dalam proses pada akhir periode. Dimana barang
dalam proses akhir periode pertama akan diberlakukan sebagai barang dalam
proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada periode kedua sudah
terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya produksi
terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yakni:
- Metode
rata-rata (Average Method).
- Metode
masuk pertama keluar pertama (FIFO);
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang
dihasilkan dengan menggunakan bahan, pekerja, overhead yang dikeluarkan selama
satu periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit tersebut.
B. Metode Rata-rata (Average Method)
Dalam kalkulasi atau penetapan biaya rata-rata dalam hal
ini, berarti bahwa biaya persediaan awal barang dalam proses digabungkan dengan
periode yang baru. Kemudian biaya unit-unit yang ditransfer ke departemen
berikutnya dihitung melalui perkalian jumlah unit yang ditransfer dengan biaya
akhir per unit.
Dalam metode rata-rata biaya persediaan awal barang dalam
proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan biaya bahan, pekerja
dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya per unit akan
ditentukan dengan membagi biaya-biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen.
Unit-unit serta biayanya kemudian ditransfer ke departemen berikutnya sebagai
suatu angka kumulatif.
C. Metode FIFO
Dalam metode ini, biaya persediaan awal barang dalam
proses dipisahkan dari biaya yang ditambahkan pada periode berjalan dan tidak
dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru. Metode ini menghasilkan 2 angka
biaya per unit:
- Persediaan
awal barang dalam proses yang diselesaikan;
- Unit
yang dimulai dan diselesaikan dalam periode yang sama.
Biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan
sebagai satu angka terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit
persediaan awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian
ditransfer ke departemen berikutnya.
Perbandingan Metode FIFO dan Average
Kalkulasi biaya rata-rata dan kalkulasi biaya FIFO
masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri. Pemilihan salah satu metode itu
akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan
biaya yang lebih layak dan praktis.
Metode rata-rata umumnya lebih mudah untuk digunakan
karena perhitungannya lebih mudah. Metode ini paling sesuai jika hanya bahan
baku, biaya konversi dan tingkat persediaan stabil. Metode FIFO paling sesuai
digunakan apabila tingkat harga bahan baku, biaya konversi atau tingkat
persediaan berfluktuasi. Metode FIFO lebih disukai untuk kepentingan
pengendalian, karena biaya per unit untuk setiap periode independen terhadap
periode sebelumnya. Perbedaan mendasar diantara kedua metode terutama berkaitan
dengan perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Kesulitan yang
dihadapi dalam prosedur akuntansi biaya proses adalah:
- Penentuan
kuantitas produksi dan tahap-tahap penyelesaiannya seringkali bermasalah;
- Perhitungan
biaya bahan seringkali memerlukan analisis yang cermat;
- Industri
yang menggunakan kalkulasi biaya proses pada umumnya merupakan jenis
industry yang banyak menghasilkan produk (heterogen).
D. Penjurnalan
Metode Proses
Jurnal Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja dan
Overhead Pabrik
1. Biaya Bahan Baku.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan
proses, bahan dikeluarkan dari gudang persediaan dengan menggunakan formulir
kebutuhan barang. Dan pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut :
Barang dalam
Proses – Dept.A.............................. xxx
Bahan
Baku.................................................. xxx
Jika bahan ditambahkan lagi dalam departemen
kedua, maka jurnalnya :
Barang dalam
Proses – Dept.B.............................. xxx
Bahan
Baku.................................................. xxx
2. Biaya Tenaga Kerja.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan
proses, biaya tenaga kerja dibebankan ke departemen bukan ke perorangan.
Pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut :
Barang dalam
Proses – Dept.A.............................. xxx
Utang Upah dan
Gaji.................................... xxx
Demikian pula halnya pencatatan jurnal untuk
departemen kedua (B).
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP).
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan
proses, digunakan tarif BOP yang ditentukan di muka. BOP kemudian dibebankan ke
unit produksi saat melewati departemen tersebut. Pencatatan jurnal BOP adalah
sebagai berikut :
Barang dalam
Proses – Dept.A ............................. xxx
BOP ............................................................. xxx
Demikian pula halnya pencatatan jurnal untuk
departemen kedua (B).
4. Menyelesaikan Aliran Biaya.
Barang / unit yang telah selesai diproses
departemen pertama (Dept.A), dikirimkan ke departemen kedua (Dept.B) untuk
ditangani lebih lanjut. Demikianlah pencatatan jurnal transfer biaya barang
setengah jadi dari Dept.A ke Dept.B :
Barang dalam
Proses – Dept.B ............................. xxx
Barang dalam Proses –
Dept.A .................... xxx
Setelah departemen
kedua (Dept.B) menyelesaikan pekerjaan, biaya barang jadi ditransfer ke akun
Barang Jadi, seperti ditunjukkan dibawah ini :
Barang
Jadi ..................................................... xxx
Barang dalam Proses –
Dept.B .................. xxx
Akhirnya jika barang
tersebut dijual, biaya atas barang yang terjual tersebut akan ditransfer ke
akun Harga Pokok Penjualan :
Harga Pokok
Penjualan .......................................xxx
Barang
Jadi .................................................. xxx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar