Jumat, 19 Oktober 2018

Pertemuan 5 & 6 : Process Costing


A. Konsep Dasar Dan Karakteristik Terkait Metode Proses (Process Costing)

Proses costing merupakan metode akuntansi yang menelusuri dan terakumulasi biaya langsung, dan mengalokasikan biaya tidak langsung dari proses manufaktur. Biaya dikeluarkan untuk produk, biasanya dalam batch besar, yang mungkin mencakup produksi sebulan itu. Akhirnya, biaya harus dialokasikan untuk unit individu produk. Ini memberikan biaya rata-rata untuk masing-masing unit, dan merupakan kebalikan dari ekstrim Job costing yang mencoba untuk mengukur biaya individu produksi masing-masing unit. Process costing biasanya bab signifikan. Proses penetapan biaya adalah jenis operasi biaya yang digunakan untuk memastikan biaya produk pada setiap proses atau tahap pembuatan. CIMA mendefinisikan process costing sebagai “Metode biaya diterapkan di mana barang atau jasa hasil dari urutan operasi atau proses yang terus menerus atau berulang-ulang. Biaya dirata-ratakan atas unit yang diproduksi selama periode”. Process costing cocok untuk industri yang memproduksi produk homogen dan di mana produksi aliran kontinu. Sebuah proses dapat disebut sebagai sub-unit organisasi khusus yang ditetapkan untuk biaya pengumpulan tujuan.
Karakteristik sistem biaya proses yang diterapkan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:
1.      Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus menerus (intermitten);
2.      Produk yang dihasilkan merupakan produksi massal dan bersifat seragam (homogen);
3.      Tujuan produksi adalah untuk membentuk persediaan (inventory)

Dalam laporan pertanggung-jawaban untuk sistem biaya proses ini, terdiri dari 3 bagian yakni:
  1. Bagian pertama berisi informasi data produksi yang sekaligus laporan arus fisik. Perlu dipahami bahwa pengertian unit dalam bagian ini adalah unit ekuivalen.
  2. Bagian kedua berisi informasi total akumulasi biaya yang menjadi tanggung-jawab Manajer Departemen Produksi yang bersangkutan.
  3. Bagian ketiga berisi informasi bagaimana total biaya didistribusikan menjadi nilai dari barang dalam proses dan produk jadi.
Dalam system biaya proses ini, pada tiap akhir periode pertama masih terdapat barang dalam proses pada akhir periode. Dimana barang dalam proses akhir periode pertama akan diberlakukan sebagai barang dalam proses awal pada periode kedua. Dengan kata lain pada periode kedua sudah terdapat barang dalam proses awal, sehingga untuk alokasi biaya produksi terdapat 2 alternatif yang dapat dipilih, yakni:
  1. Metode rata-rata (Average Method).
  2. Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);
Unit ekuivalensi merupakan jumlah unit jadi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan, pekerja, overhead yang dikeluarkan selama satu periode yang tersedia untuk menyelesaikan unit tersebut.

B. Metode Rata-rata (Average Method)

Dalam kalkulasi atau penetapan biaya rata-rata dalam hal ini, berarti bahwa biaya persediaan awal barang dalam proses digabungkan dengan periode yang baru. Kemudian biaya unit-unit yang ditransfer ke departemen berikutnya dihitung melalui perkalian jumlah unit yang ditransfer dengan biaya akhir per unit.
Dalam metode rata-rata biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan biaya bahan, pekerja dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya per unit akan ditentukan dengan membagi biaya-biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit-unit serta biayanya kemudian ditransfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.

C. Metode FIFO

Dalam metode ini, biaya persediaan awal barang dalam proses dipisahkan dari biaya yang ditambahkan pada periode berjalan dan tidak dirata-ratakan dengan biaya tambahan baru. Metode ini menghasilkan 2 angka biaya per unit:
  1. Persediaan awal barang dalam proses yang diselesaikan;
  2. Unit yang dimulai dan diselesaikan dalam periode yang sama.
Biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai satu angka terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit persediaan awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen berikutnya.

Perbandingan Metode FIFO dan Average

Kalkulasi biaya rata-rata dan kalkulasi biaya FIFO masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang lebih layak dan praktis.
Metode rata-rata umumnya lebih mudah untuk digunakan karena perhitungannya lebih mudah. Metode ini paling sesuai jika hanya bahan baku, biaya konversi dan tingkat persediaan stabil. Metode FIFO paling sesuai digunakan apabila tingkat harga bahan baku, biaya konversi atau tingkat persediaan berfluktuasi. Metode FIFO lebih disukai untuk kepentingan pengendalian, karena biaya per unit untuk setiap periode independen terhadap periode sebelumnya. Perbedaan mendasar diantara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Kesulitan yang dihadapi dalam prosedur akuntansi biaya proses adalah:
  1. Penentuan kuantitas produksi dan tahap-tahap penyelesaiannya seringkali bermasalah;
  2. Perhitungan biaya bahan seringkali memerlukan analisis yang cermat;
  3. Industri yang menggunakan kalkulasi biaya proses pada umumnya merupakan jenis industry yang banyak menghasilkan produk (heterogen).

D. Penjurnalan Metode Proses
Jurnal Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja dan Overhead Pabrik

1. Biaya Bahan Baku.  
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan dikeluarkan dari gudang persediaan dengan menggunakan formulir kebutuhan barang. Dan pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut :
     Barang dalam Proses – Dept.A.............................. xxx 
              Bahan Baku..................................................            xxx 

Jika bahan ditambahkan lagi dalam departemen kedua, maka jurnalnya :
     Barang dalam Proses – Dept.B.............................. xxx        
              Bahan Baku..................................................     xxx 


2. Biaya Tenaga Kerja.  
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, biaya tenaga kerja dibebankan ke departemen bukan ke perorangan. Pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut :
     Barang dalam Proses – Dept.A.............................. xxx        
              Utang Upah dan Gaji....................................     xxx 

Demikian pula halnya pencatatan jurnal untuk departemen kedua (B).

3. Biaya Overhead Pabrik (BOP).  
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, digunakan tarif BOP yang ditentukan di muka. BOP kemudian dibebankan ke unit produksi saat melewati departemen tersebut. Pencatatan jurnal BOP adalah sebagai berikut :
     Barang dalam Proses – Dept.A ............................. xxx        
              BOP .............................................................   xxx 

Demikian pula halnya pencatatan jurnal untuk departemen kedua (B).

4. Menyelesaikan Aliran Biaya.  
Barang / unit yang telah selesai diproses departemen pertama (Dept.A), dikirimkan ke departemen kedua (Dept.B) untuk ditangani lebih lanjut. Demikianlah pencatatan jurnal transfer biaya barang setengah jadi dari Dept.A ke Dept.B :
     Barang dalam Proses – Dept.B ............................. xxx        
              Barang dalam Proses – Dept.A ....................       xxx 
Setelah departemen kedua (Dept.B) menyelesaikan pekerjaan, biaya barang jadi ditransfer ke akun Barang Jadi, seperti ditunjukkan dibawah ini :
     Barang Jadi ..................................................... xxx        
              Barang dalam Proses – Dept.B ..................       xxx
Akhirnya jika barang tersebut dijual, biaya atas barang yang terjual tersebut akan ditransfer ke akun Harga Pokok Penjualan :
     Harga Pokok Penjualan .......................................xxx
              Barang Jadi .................................................. xxx 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar